Cara Menambah Pahala Sholat

Tinggalkan komentar

Desember 1, 2018 oleh fayyasin99

sholat-berjamaah-dimasjid

“Sholatlah kamu sebelum kamu disholatkan”, pepatah tersebut memiliki makna yang sangat dalam, yaitu bahwasanya sebagai mahluk ciptaan tuhan kita diwajibkan untuk menjalankan kewajiban sholat. Bahkan sholat adalah amalan pertama kali yang akan dihisab pada saat diakhirat nanti. Selain itu sholat adalah tiang agama. Jadi apabila tiangnya saja tidak kokoh, maka barang tentu agamanya pun akan roboh.

Pahala sholat jika dilakukan secara sendirian/munfarid adalah 1 derajat, sedangkan jika dilakukan secara berjamaah lebih banyak 27 derajat. Bahkan didalam hadist riwayat Muslim menyebutkan bahwa pahala orang yang mengerjakan sholat berjamaah di waktu subuh 119 kali lipat, sholat isya’ 59 kali lipat, Dzuhur, Ashar, dan Magrib 27 kali lipat lebih banyak dibandingkan sholat sendirian. Tahukah kalian ternyata kita bisa menambah pahala didalam sholat loh?

Dilansir dari situs islami.co menurut Hasan bin Ahmad al-Kaff dalam Taqrirat al-Sadidah, sebagian ulama mengatakan ada sekitar 500 sunnah shalat, ada pula yang mengatakan 800 sunnah, bahkan sebagian ulama meyebut 1000 sunnah shalat. Berikut beberapa sunnah yang dapat dikerjakan didalam sholat :

  1. Mengangkat kedua tangan pada saat Takbiratul Ikhram

“Bahwasanya Nabi shallallaahu alaihi wasallam apabila beliau melaksanakan shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca takbir. Apabila beliau ingin ruku’ beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan begitu pula kalau beliau bangkit dari ruku’.” (H.R Ibnu Umar)

Selain pada saat takbiratul ikhram, kita juga dianjurkan mengangkat kedua tangan pada saat ketika akan ruku’, ketika bangkit dari ruku’, dan Ketika berdiri setelah rakaat kedua ke rakaat ketiga. Hal ini sesuai dengan Hadist Adapun ketika berdiri untuk rakaat ketiga, hal ini berdasarkan apa yang dilakukan Ibnu Umar, dimana beliau apabila berdiri dari rakaat kedua beliau mengangkat kedua tangannya. (HR. Al-Bukhari secara mauquf, Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: Dan riwayat ini dihukumi marfu’, Dan Ibnu Umar menisbatkan hal tersebut kepada Nabi shallallaahu alaihi wasallam.).

  1. Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri

“Orang-orang (di masa Nabi shallallaahu alaihi wasallam) disuruh untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam shalat.” (HR. Al-Bukhari secara mauquf. Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: ‘Riwayat ini dihukumi marfu’).

Selain itu, kita juga disunnahkan untuk meletakkan kedua tangan diatas dada. Hal ini berdasarkan hadits Wail bin Hijr radhiyallahu anhu: “Saya pernah shalat bersama Nabi shallallaahu alaihi wasallam, kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri di atas dadanya.” (HR. Ibnu Huzaimah, shahih).

  1. Pandangan mata ke tempat sujud

Pandangan mata ke tempat sujud ini dilakukan agar sholat kita menjadi lebih khusyu’. Sebab nabi melarang kita untuk melihat keatas, melirik kekanan ataupun kekiri, ataupun tolah-toleh dalam sholat. Ketika Nabi saw mengerjakan shalat, beliau menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tanah. (HR. Al Baihaqi & disahihkan Al Albani)

 

  1. Membaca do’a Iftitah

Sesuai dengan hadits dari Ali bin Abi Thalib ra, ia berkata: “Rasulullah saw apabila shalat, beliau membaca (do’a iftitah) sebagai berikut:

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنْ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنْ الْمُسْلِمِينَ اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِي وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلَّا أَنْتَ وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

  1. Membaca Ta’awwudh sebelum membaca surat Al-Fatihah

Hal ini sesuai dengan Firman Allah pada surat An-Nahl ayat 98 :

فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ – النحل ﴿٩٨﴾

Artinya: “Maka apabila kamu membaca Al-quran, maka hendaklah kamu memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (Qs An-Nahl ayat: 98)

  1. Membaca Aamiin setelah membaca surat Al-Fatihah

Hal ini disunnahkan kepada setiap orang yang shalat, baik sebagai imam maupun makmum atau shalat sendirian. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:

إِذَا قَالَ الْإِمَامُ{غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}فَقُولُوا آمِينَ فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Apabila imam membaca “

غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

“maka bacalah aamiin. Maka sesungguhnya barangsiapa yang bacaan aamiin-nya berbarengan dengan aamiin-nya malaikat, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu.” (HR. Bukhari dan Muslim )

 

  1. Membaca ayat Al-qur’an setelah surat Al-Fatihah

Dalam hal ini cukup dengan membaca satu surat atau beberapa ayat Al-Qur’an pada dua rakaat pertama didalam shalat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam: “Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam ketika shalat dzuhur membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) dan dua surat pada dua rakaat pertama, dan beliau membaca Ummul Kitab saja pada dua rakaat berikutnya dan terkadang beliau perdengarkan ayat (yang dibacanya) kepada para sahabat.” (Muttafaq ‘alaih)

  1. Bertasbih pada saat ruku’ dan sujud

وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ، وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ، ثُمَّ رَكَعَ فَجَعَلَ يَقُوْلُ: سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ فَكَانَ رُكُوْعُهُ نَحْوًا مِنْ قِيَامِهِ ثُمَّ قَالَ: (سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ، رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ) ثُمَّ قَامَ قِيَاماً قَرِيْباً مِمَّا رَكَعَ، ثُمَّ سَجَدَ فَقَالَ: (سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى) فَكَانَ سُجُوْدُهُ قَرِيْباً مِنْ قِيَامِهِ (رواه مسلم)

Kemudian Beliau ruku dan membaca “Subhana rabbiyal ‘azhim” (Maha Suci Allah yang Maha Agung). Keadaan rukunya seperti berdirinya (lama). Kemudian ia membaca “Sami’allahu liman hamidah, rabbana wa lakal hamdu” (Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya, ya Allah hanya milik-Mu pujian itu). Kemudian Beliau berdiri dari ruku mendekati lamanya Beliau ruku. Kemudian Beliau sujud dan membaca “Subhana rabbiyal a’la” (Maha Suci Allah yang Maha Tinggi). Keadaan sujudnya mendekati lamanya berdiri”. (H.R. Muslim).

  1. Membaca “sami’allahu liman hamidah” sewaktu bangkit dari ruku’

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ قَالَ: رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ، أَهْلَ الثَّنَاءِ وَالْمَجْدِ، أَحَقُّ مَا قَالَ الْعَبْدُ، وَكُلُّنَا لَكَ عَبْدٌ: اللهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ، وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ، وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ (رواه مسلم)

Dari Abu Sa’id al-Khudhri, ia berkata: sesungguhnya Rasulallah saw jika bangkit dari rukunya membaca: “Pujian sepenuh langit, pujian sepenuh bumi, pujian sepenuh antara keduanya dan pujian sepenuh apa saja yang Engkau kehendakinya setelah itu. Pemilik segala sanjungan dan pujian, sepantasnya apa yang dikatakan seorang hamba dan kita semua hamba bagiMu. Ya Allah tidak ada Dzat yang mampu menghalangi terhadap orang yang Engkau berikan se­suatu kepadanya. Dan tidak ada Dzat yang mampu mem­berikan sesuatu kepada orang yang Engkau halangi. Dan tiada berguna orang yang mempunyai keberuntungan di hadapan keberuntungan dari pada-Mu”. (HR Muslim)

  1. Mendahulukan kedua lutut ketika akan sujud

عَنْ وَائِلٍ ابْنِ حِجْر رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : رَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَجَدَ وَضَعَ رُكْبَتَيْهِ قَبْلَ يَدَيْهِ (حسن أبو داود و الترمذي و النسائي)

Dari Wail bin Hijr ra, ia berkata: “Saya melihat Nabi saw sujud, ia meletakan kedua lututnya sebelum kedua tangannya” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, an-Nasai’)

  1. Berdo’a ketika sujud

أَلاَ وَإِنِّى نُهِيتُ أَنْ أَقْرَأَ الْقُرْآنَ رَاكِعًا أَوْ سَاجِدًا فَأَمَّا الرُّكُوعُ فَعَظِّمُوا فِيهِ الرَّبَّ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَّا السُّجُودُ فَاجْتَهِدُوا فِى الدُّعَاءِ فَقَمِنٌ أَنْ يُسْتَجَابَ لَكُمْ ».

Ketahuilah sesungguhnya aku dilarang membaca al Qur’an tatkala Ruku’ atau sujud. Adapun saat ruku’ maka agungkanlah di dalamnya Robb azza wajalla. Adapun yang dilakukan pada waktu sujud maka hendaklah kamu bersungguh-sungguh berdoa, niscaya dikabulkan do’a-mu.” (HR. Muslim)

  1. Berdo’a ketika duduk diantara dua sujud

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ قَالَ كَانَ يَقُوْلُ بَيْنَ السَجْدَتَيْنِ رَبّ اغْفِرْ لِي وارْحَمْنِي واجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِني‏ (أبو داود و الترمذي و الحاكم بإسناد جيد)

Sesuai dengan yang diajarkan Nabi saw yang diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, ia berkata: “Sesungguhnya Rasulallah saw berdo’a antara dua sujud: “Rabbighfirli warhamni wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa’afini”

“Ya Allah, ampunilah dosaku, berilah rahmat kepadaku, cukupkanlah aku, angkatlah derajatku, berilah aku rezeki, tunjukkanlah aku (ke jalan yang benar), selamatkan aku (sehat afiyah)” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, al-Hakim, dengan sanad jayyid)

  1. Duduk sebentar setelah bangun dari sujud pada raka’at pertama dan raka’at ketiga

عَنْ مَالِكٍ بْنِ الحُوَيْرِثِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ كَانَ إذَا كَانَ فِي الرَكْعَةِ الْأُولَى وَالثَّالِثَةُ لَمْ يَنْهَضْ حَتَّى يَسْتَوِيَ قَاعِدًا (رواه البخاري)

Dari Malik bin al-Huwairist ra ia berkata: “Sesungguhnya Rasulallah saw (setelah bangun dari sujud) pada raka’at pertama dan ketiga, beliau tidak langsung berdiri kecuali duduk sempurna (sebentar)” (HR Bukhari)

  1. Mengucapkan salam dengan memalingkan kepala kekanan dan kekiri

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يُسَلِّمُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ حَتَّى يُرَى بَيَاضُ خَدِّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ (حسن صحيح أبو داود والترمذي)

Dari Abdullah ra, ia berkata: sesungguhnya Rasulallah saw memberi salam ke kiri dan ke kanan sehingga terlihat pipi beliau yang putih ”Assalamu ’alaikum warahmatullah, assalamu ’alikum wa rahmatallah” (HR Abu Dawud, at-Tirmidzi, hadist hasan shahih)

Akan tetapi kita mesti ingat, bahwa urusan pahala yang mengetahui hanya Allah. Tugas kita sebagai hamba adalah melaksanakan kewajiban dengan semaksimal mungkin, serta sebisa mungkin menambah dengan ibadah-ibadah sunnah. Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk mengerjakan ibadah, Amiin.

 

 

 

 

 

Tinggalkan komentar